diriku memang bukan spesifikasi merekka.aku dulu punya cita-cita untuk berkarier di asi dan mau menghabiskan masa hidupku di bidang yang sangat mulia yaitu pendidikan. untuk itulah saya dulu mengajukan pendidikan s2 di asia. aku pikir dengan disekolahkan di wearnes aku bisa berkontribusi di wearnes. tetapi apa yang aku rencanakan tidak di setujui oleh Allah SWT. bermula dari korona yang aku adalah salah satu dari beberapa ribu orang indonesia yang kena. tidak hanya harus di keluarkan dari wearnes tetapi saya juga harus di karantina. selama 14 hari di hari-hari terakhirku di wearnes aku sungguh sedih dan menangis sampai si. hedro keparat melihat aku dan wajahku yang penuh dengan kesetresan waktu itu. dia sungguh menunjukkan muka yang sangat bahagia waktu itu. karena aku adalah orang yang baik yang telah dia berhasil dimanfaatkan untuknya..
kenyataan ini harus aku terima. dan aku mempunyai balas dendam yang harus aku wujudkan, dan semoga penyakitku lama-lama juga sembuh karena aku punya kesibukan sebagai marketing dan aku sering kali diajak oleh mas husni untuk menjalankan usaha ini. karena mas wike tidak bisa di pegang janjinya. sering kali dia menyuruhku dan tidak ada imbalan uang sama sekali. dan membayarku dengan harga yang murah..
aku masih berjuang untuk menghilangkan rasa itu pada diriku.. aku dulu punya harapan agar setelah lulus s2 asia bisa berkarya di asia dan menjadi dosen di sana. itulah kenapa aku tidak pernah pindah-pindah pekerjaan dan focus di wearnes memberikan yang terbaik kepada wearnes tetapi Allah memberikan sebuah pengajaran kepadaku. bahwa hal itu salah dan aku akhirnya harus pergi dari wearnes dan karena kenyataannya aku tidak dipakai lagi di wearnes saat ini. sebuah lembaga yang dulu aku sangat berterima kasih karena mampu mengabaikan kriteria profesional mereka dan rela untuk memperkerjakan aku sebagai seorang yang disabel. dan saat itu karena ku kira wearnes tidak akan memecatku sehingga aku berani untuk menikah. dan tiap aku selesai sholat aku rela mendoakannya. dan aku rela untuk berpuasa senin kamis. karena di tahun 2004 wearnes mengalami krisis yang sangat hebat. pendaftaran wearnes waktu itu sangat turun.
lihat senyum bahagia di mata mereka dan anehnya pihak asia masih mengakui kinerja dan hasil kerja mereka padahal dibawah kepemimpinan mereka wearnes tidak bisa diselamatkan. semoga saja ini tetap menjadi awal yang baik dan semoga saja nanti di asia akan dibuka program s2 asia.
aku harap ada seseorang disana dan orang itu adalah aku, tapi mimpiku mungkin ketinggian dan ini adalah ijabah dari doaku dulu yang begitu tulus dan setiap hari senin, dan kami aku puasa untuk kejayaan wearnes. dan akhirnya wearnes bisa menjadi s1 sekarang. tapi apa yang pak kartiko dan managemen lakukan. aku dengan berat hati harus meninggalkan wearnes yang dulu aku kagumin. ternyata hati dan otak kapitalis dalam diri mereka masih ada. memang harus di sadari ini merupakan kesalahanku karena aku hanya punya satu penghasilan selama 19 tahun dan tidak pernah mencoba untuk bisnis dan bekerja sama dengan orang lain, aku sering kali menjaga minggu untuk teman-temanku yang tidak bisa, aku membuka jalan untuk beberapa mahasiswa yang berasal dari jurusan it untuk bekerja tetapi prestasiku itu tidak di akui oleh mereka dan dalam puncaknya korona tersebut aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus di pecat dari wearnes education center yang aku cintai.
tapi itu adalah sebuah kenyataan yang harus aku terima dan mungkin ini adalah salah satu cara Allah menyadarkanku bahwa rejeki tidak harus dari wearnes saja. dan ini adalah sebuah kesempatan untuk kami bisa bisnis sendiri. dan akhirnya insting bisnisku saya asah dan akhirnya aku bisa mendirikan apa yang kami dirikan dengan namanya codinggoindonesia.
ini sungguh menyemangatiku untuk membesarkan codinggoindonesiaku. dan memang kenyataannya aku kurang percaya diri ketika aku harus pergi dari sekolah ke sekolah untuk menawarkan jasa ini. karena aku cacat dan tidak mampu berharap ada rasa kasihan dari mereka dan Allah memberikan aku fasilatas khusus akan mudahnya access rejeki di dunia ini. aku sering kali mentertawakan ini dalam hatiku hidup yang begitu lucu, seseorang dengan kekurangan yang nyata tapi dibebani sebuah tanggung jawab yang sangat besar yaitu harus menghidupi anak-anakku yang lucu-lucu dan istri setiaku di bali kedisabilitasku. untuk pergi aku harus membawa 2 bantuanku yaitu tongkat dan juga laptop.
harus berjuang dan tetaplah menganggap hal yang telah kamu lakukan adalah hal kecil. sering kali aku menganggap apa yang aku lakukan adalah sebuah hal besar, besar kepala dan besar rasa itu yang sering kali aku lakukan. dan itu yang kadang menghambat kemajuanku. aku sering kali ketika bekerja sama dengan orang lain selalu dianggap yang paling bahwa dan tidak kompeten, di dunia ini banyak sekali pembelajaran yang aku terima. ketika ketemua dengan para komisaris kmp aku akan menganggapnya hanya sebagai teman biasa saja. dan aku akan sangat bersyukur jika 3 tahun dari sekarang aku bisa membeli rumah di perumahannya pak musa dan aku bisa membuka cabang untuk codinggoindonesia di sana . agar aku tidak dipandang sebelah mata. lagi oleh beliau
