Seperti biasanya hari minggu, aku agendakan untuk menghabiskan waktu dengan anakku tersayang adi namnya.terus aku biasanya bangun dan badanku terasa tidak enak , seperti di perut dan juga di dada. dadaku kaku, apakah ini akibat dari saya tidur di kasur bawah. dan aku tidak menyadari bahwa itu adalah akibat dari situ. walaupun kadang aku menerjemahkan rasa sakit itu karena sebuah sakit yang sangat berat. untuk tidak memikirkan hal itu atau sesuatu yang saya alami, kadang saya ngomong pada diri saya sendiri. terutama pada dirku. kenapa diriku kok kamu sering membuatku takut, ada sebuah yang tidak nyaman di perut dan juga dadaku. tidakkah engkau di titipkan padaku oleh Allah untuk menemaniku untuk menjalankan ibadah kepada Allah, dengan berusaha untuk melupkan sensasi tersut akhirnya aku mengajak adi untuk makan pecel di warungnya bu por dan aku sangat lupa dengan keadaaku saat itu, aku berjalan dengan menggunakann tongkat dan adi saya suruh duluan untuk melihat apakah bu pur jualan atau tidak.
dipertigaan jalan tlogo surya bu pur jualan, bu pur selain jualan pecel dia juga jadi guru ngaji dari anakku , anakku di panggil mudi oleh bu pur, Alhamdullilah mungkin ini adalah impianku ketika aku ingin menjadi sempurna dan mungkin adi adalah edisi refisiku yang di berikan oleh Allah kepadaku, aku bisa melihat dia bahagia.
ke mas wawan karena itu adalah salah satu caraku untuk membatasi anak-anak dalam bermain hape karena dia bisa mempunyai teman baru, walaupun teman baru tersebut berbeda keyakinan. sehingga saya ingin membuat dia mempunyai akhlak dan adab yang baik ketika nanti dia dewasa.
selalu ada sebuah tugas yang cara menyelesaikannya tergantung dari faktor alam, aku kadang merasakan kecemasan dan juga memberikan sebuah nilai yang salah dari hujan yang diberikan Allah kepada bumi ini, aku sangat terkejut kenapa sikapku berupa dan memaksa sebuah kejadian harus sesuai dengan keinginanku padahal itu adalah hak dari prerogatif Allah, hujan memang kadang tidak kita butuhkan tetapi dibutuhkan oleh orang lain, itu adalah hujan dan kita tidak bisa menghentikan hujan karena hujan itu rahmat
adi menanggis takut pulang karena dia sangat menjaga amanah dari ibunya, boleh bermain sama ayah tetapi saya titip jemurannya harus diangkat dan karena jemurannya banyak maka ibu pasti akan marah jika tidak mengangkat jemuran tersebut. sebuah sikap yang amanah dari anak kecil sesuai dia. dia masih sekolah mi dan alhamdullilah saya berusaha untuk memberikan dia contoh yang baik. agar dia tidak meninggalkan sholat, dan aku yakin waktu itu secara administrasi sholatku tidak di terima oleh Allah karena saya tidak bisa wudhu dengan baik dan mungkin juga ada najis yang melekat pada tongkatku dan juga aku kurang sempurna dalam menjalankan sholatnya tetapi niatku adalah ingin mencontohkan pada anak dan juga istriku , walaupun ayah kena kecemasan dan kadang ingin berteriak aku tetap berusah untuk memberikan contoh pada keluargaku. bahwa sholat adalah hal yang baik.
untung ada mbak imah yang menolong saya untuk mengangkat jempuranku. aku di ajak oleh mas wawan ke mbak paulin untuk mengunjungi rumahnya dan untuk makan soto disana, walaupun perutku rasanya tidak karu-karuan saya hanya menahan saja. agar nantinya tidak ada kekhawatiran yang ada di keluargaku dan itu akan membuat aku bisa terus berkarya walaupun kadang setelah makan saya masih sering merasakan rasa sakit di perutku..
akhirnya aku pulang dengan tenang meskipun hujan. dan setelah sampai di rumah , aku mandi dengan air hangat di kasih oleh adi anakku yang sudah bisa memanaskan air sendiri , walaupun sebenarnya tidak bisa menyalakan kompor
dan setiap pulang dan mengonjeng anakku aku kadang merasakan kecemasan
0 komentar:
Posting Komentar